Imam Jalaluddin as-Suyuthi (bahasa Arab: جلال الدين السيوطي) (gelar lengkapnya Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin, Jalaluddin al-Misri as-Suyuthi asy-Syafi'i al-Asy'ari; lahir 1445 (849H) - wafat 1505 (911H)) adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.
Imam Suyuthi sendiri tergolong dari ulama yang masa kecilnya yatim, karena di waktu beliau berumur enam tahun, ayahandanya wafat, tepatnya pada malam Senin tahun 855 H. Namun meskipun demikian, Imam Suyuthi bisa menghafal al-Quran, di usia yang tergolong dini. Imam As-Suyuthi hafal al-Quran dalam umur kurang dari delapan tahun, kemudian beliau melanjutkannya dengan menghafalkan kitab Umdah, Minhaj, Usul, Al-fiyah dan berbagai kitab lainnya.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi terkenal sebagai ulama yang terkemuka dalam banyak bidang ilmu pengetahuan. Beliau dikenal sebagai mufassir (ahli tafsir), muhaddits (ahli hadits), faqih (ahli fiqh), nawhi (ahli nahwu/gramatika bahasa) dan balaghi (ahli ilmu balaghah/sastra) secara bersamaan. Imam Jalaluddin As-Suyuthi menulis setidaknya 600 buah kitab lebih dalam berbagai cabang keilmuan. Imam Jalaluddin As-Suyuthi merupakan ulama ensiklopedis yang menguasai semua keilmuan Islam di masanya.
Pada 872 H beliau diminta agar mengajar di masjid agung Sultan Thulun, yang sempat vakum selama 20 tahun sejak wafatnya Imam Al-Hafiz Ibn Hajar Al-Asqalani. Beliau melanjutkan tradisi ulama yang mengisi hadits semenjak Ar-Rabi’ bin Sulaiman, sebagai ulama pertama yang mengisi pengajian hadis di masjid tersebut.